Di balik megahnya Candi Borobudur, dalam sejarah, ada dugaan mengenai keterikatan dua candi lainnya, Candi Mendut dan Candi Pawon. Ketiganya berada dalam satu garis lurus imajiner dan mengisyaratkan suatu kesatuan perlambang.
Candhi Mendut diperkirakan sebagai yang tertua di antara ketiganya. Situs peninggalan masa klasik ini dibangun oleh raja pertama dari wangsa Syailendra. Wangsa atau dinasti yang di kemudian hari membangun Candi Pawon dan Candi Borobudur.
Keterikatan antara ketiga candi (Mendut-Pawon-Borobudur) juga masih bisa disaksikan hingga kini. Terlihat di setiap pelaksanaan ritual Waisak. Prosesinya dimulai dari Candhi Mendut, melalui Candhi Pawon dan klimaksnya di Candi Borobudur.
Dalam wujudnya, Candi Mendut berbentuk seperti kubus yang di bagian atasnya terlihat tidak utuh karena runtuh. Secara administratif, lokasi monumen candi ini berada di Desa Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Sejarah Candi Mendut di Jawa Tengah
Sama halnya dengan Candi Borobudur, belum dapat dipastikan kapan Candi Mendut dibangun. Sejauh ini, dugaan mengenai pembangunan candi didasarkan pada Prasasti Karangtengah yang berangka tahun 824 M.
Dalam prasasti disebutkan bahwa Raja Indra membangun bangunan suci yang dinamakan Wenuwana (hutan bambu). Dharanindra (Indra) adalah seorang raja Dinasti Syailendra yang memerintah sekitar tahun 782 M.
Oleh seorang arkeolog Belanda, J.G. de Casparis, istilah Wenuwana dihubungkan dengan Candi Mendut. Banyak yang meragukannya dan berpendapat bahwa Wenuwana lebih cocok jika dihubungkan dengan Candi Ngawen.
Sudah menjadi kesepakatan dunia arkeolog bahwa nama candi akan didasarkan pada nama desa tempat ditemukannya candi tersebut. Karena candi ini berada di Desa Mendut, maka dinamakan sesuai nama desanya.
Bangunan candi ini diperkirakan dibangun lebih dulu dari bangunan Candi Borobudur. Atau paling tidak, pembangunannya sejaman dengan candi Buddha yang diklaim sebagai yang terbesar di dunia tersebut.
Perkiraan itu didasarkan pada inskripsi (tulisan pendek) yang diduga berasal dari bagian atas pintu masuk candi. Dari segi paleografis, inskripsinya memiliki kesamaan dengan inskripsi pada relief Karmawibhangga Candi Borobudur.
Selama kurang lebih satu abad, bangunan candi ini sempat digunakan sebagai tempat ziarah para penganut Buddha. Selanjutnya perlahan terabaikan, hingga tertimbun tanah dan pasir akibat letusan Gunung Merapi dan gempa bumi.
Seiring berjalannya waktu, keberadaan candi untuk pertama kali ditemukan kembali pada tahun 1836. Kecuali bagian atapnya, seluruh bangunan candi berhasil ditemukan kembali untuk kemudian dibersihkan di tahun yang sama.
Survey lengkap perihal keberadaan candi beserta lingkungannya dilakukan pertama kali akhir abad ke-19. Survey oleh B. Kersjes dan C. den Hamer itu dimaksudkan untuk menentukan tindakan demi pelestarian candi.
Penggalian dan pemugaran awal dilakukan oleh Belanda pada tahun 1897-1904 dan berhasil membangun kaki dan tubuh candi. Tahun 1908, T. van Erp melanjutkan perbaikan itu bersamaan dengan perbaikan Candi Borobudur.
Hanya saja, perbaikan oleh van Erp itu belum bisa rampung karena tapnya belum bisa dipasang. Perbaikan dilanjutkan kembali pada tahun 1925 dan menghasilkan sejumlah stupa kecil dan dipasang pada bagian atap candi.
Daya Tarik Arsitektur Candi Mendut
Berbeda dengan Candi Borobudur yang menghadap ke timur, Candi Mendut menghadap ke barat laut. Bangunan luarnya terbuat dari batu andesit dan batu bata pada bangunan dalamnya yang tak terlihat.
Secara arsitektural, candi ini terbagi menjadi 3 bagian, yakni kaki, tubuh, dan atap. Untuk denahnya, bangunan candi berbentuk persegi panjang berukuran 10 m x 10 m dengan tinggi 13,3 m.
Bagian kaki candi (batur) setinggi 3,7 m serta tangga masuk dengan 14 anak tangga. Memiliki satu bilik dengan tangga di sisi barat laut. Di atas batur ada langkan setinggi 1 m dan selasar 2,48 m.
Pangkal pipi tangga berhias sepasang makara berupa kepala naga berbelalai gajah. Bagian dalam mulutnya yang terbuka lebar ada seekor singa. Di bawah kepalanya terdapat panil makhluk kerdil (gana).
Di sejumlah panilnya juga terpahat relief-relief cerita Pancatantra dan Jataka. Ini adalah karya sastra yang mengandung ajaran Buddha dari Kashmir (India) yang ditulis pada abad-abad pertama Masehi.
Cerita Pancatantra yang banyak didasarkan pada Jataka dikisahkan dalam bentuk cerita bingkai dengan fabel-fabel. Ceritanya mengandung ajaran moral dengan menggunakan tokoh-tokoh binatang sebagai pemeran.
Pada bagian dasar tubuh Candi Mendut, terdapat 31 panel relief cerita. Ada relief cerita Brahmana dan Kepiting, Angsa dan Kura-Kura, Dua burung Betet yang berbeda, serta Dharmabuddhi dan Dustabuddhi.
Secara pradaksina (searah jarum jam), relief pada tubuh candi mencakup jajaran dewa Garbhadatu Mandala (Buddha Tantrayana). Adapun di depan pintu masuk ada penampil candi, juga dengan relief cerita.
Elemen-elemen Candi Mendut terdiri dari tiga arca Buddha (Cakyamuni, Avalokitesvara, dan Maitreya). Ada juga 24 stupa di tingkat pertama, 16 stupa di tingkat kedua, dan 8 stupa di bagian atas.
Hingga saat ini, bagian atap candi tidaklah sempurna. Ada juga stupa-stupa lain dengan bentuk memanjang ke atas seperti silinder. Setupa-stupa ini masih direkonstruksi belum di pasang pada candi.
Elemen lain yang ada adalah Jaladwara atau saluran pembuangan air dari selasar. Jaladwara di Candi Mendut memiliki bentuk yang lebih ramping dan lebih kecil jika dibandingkan yang ada di Candi Borobudur.
Fasilitas Wisata & Harga Tiket Masuk
Bagi traveler pecinta sejarah dan budaya, situs-situs peninggalan masa lalu selalu menarik untuk diketahui. Tidak terkecuali Candi Mendut. Jika sobat adalah salah satunya, cobalah rencanakan kunjungan ke sana. Berikut ini info tiket masuknya.
Keterangan | Harga |
---|---|
Tiket Masuk | Rp. 10.000 |
Parkir Roda 2 | Rp. 2.000 |
Parkir Roda 4 | Rp. 5.000 |
Note: harga tiket masuk dalam daftar di atas tidak selalu akurat, bisa berubah sewaktu-waktu
Rute Lokasi Candi Mendut Magelang
Dari Candi Borobudur, Candi Mendut berjarak sekitar 3 kilometer. Adapun jika Anda berangkat dari Jogja, lokasi candi berjarak sekitar 40 kilometer. Waktu tempuhnya kurang lebih 1 jam perjalanan berkendara.
Anda bisa melalui Jalan Raya Yogyakarta-Magelang hingga di Mungkid. Sampai di pertigaan, ikuti arah Candi Borobudur. Selanjutnya ke kiri, ikuti jalannya hingga menemukan papan petunjuk candi ini di sisi kanan. Lihat Peta.