Sanghyang Heuleut. Berwisata alam ke Bandung Raya akan lebih berkesan ketika kita lebih berfokus pada alam sebagai peninggalan Bandung Purba. Selain keindahan alam yang memanjakan, apa yang tersaji akan memicu pengetahuan kita perihal sejarah kawasan metropolitan ini di masa lampau.
Setelah sebelumnya terpublikasikan tentang Stone Garden Citatah. Artikel kali ini membahas danau Sanghyang Heuleut yang juga erat kaitannya dengan cikal bakal terbentuknya Kota Bandung. Menariknya, berbicara mengenai obyek wisata alam ini berarti kita akan membicarakan tiga tempat sekaligus.
Ada Sanghyang Tikoro, Sanghyang Poek dan Sanghyang Heuleut. Ketiganya merupakan peninggalan jejak Sungai Citarum Purba yang tersembunyi di dekat PLTA Saguling, Rajamandala. Saat ini, ketiganya menjadi salah satu tujuan wisata alam yang paling diminati setelah banyak tersebar di media sosial.
Daya Tarik Sanghyang Heuleut
Istilah "Sanghyang" mewakili sesuatu yang suci. Bermula dari "Tikoro" yang berarti "kerongkongan". Sanghyang Tikoro merupakan kerongkongan alam yang mana air mengalir ke dalam tempat yang gelap dan sempit. Inilah gua misterius sebagai salah satu tempat mengalirnya air saat danau purba Bandung jebol.
Aliran air Sanghyang Tikoro cukup deras, sementara di sebelah selatannya terdapat perbentengan dinding alam yang tinggi dan kokoh. Benteng tersebut menghubungkan dua puncak, yakni Pasir Kiara (732 meter) dan Puncak Larang (850 meter). Sanghyang berikutnya berupa gua purbakala, Sanghyang Poek namanya.
Gua Sanghyang Poek merupakan celah yang terbebani tebing tinggi dengan aliran air yang tidak begitu deras. Sebelum pintu masuk Goa Sanghyang Poek, ada bebatuan besar yang sangat eksotik dengan lanskap sekitar diagonal. Setiap pengunjung yang melaluinya harus miring mengikuti kontur alam tersebut.
Pintu masuk gua tersebut memiliki tiga lorong dengan lorong bagian tengah sebagai jalan masuk ke Sanghyang Poek. Selanjutnya adalah sanghyang yang terakhir yang sejauh ini menjadi tempat para petualang menghabiskan waktu mereka, yakni Sanghyang Heuleut. Sebuah danau purba mungil nan molek.
Di bagian atasnya ada aliran gemericik air bagian dari Sungai Citarum Purba. Istilah danau purba merujuk pada format bebatuan yang menghiasi dan membentenginya. Nama "heuleut" bermakna jeda atau batas antara dua hal/waktu. Dalam legendanya, ada keyakinan danau ini adalah tempat mandinya para bidadari.
Aktivitas di Sanghyang Heuleut
Oleh karena ini adalah wisata alam, sudah pasti sobat traveller membutuhkan energi berlebih. Termasuk harus hiking kurang lebih 2 jam dari lokasi parkir yang tersedia. Awalnya, Sanghyang Tikoro menjadi tempat pertama yang bisa Anda nikmati karena lokasinya berjarak dekat dengan lokasi parkir di pos pertama.
Meski bersebelahan dengan Power House, lokasinya cukup tersembunyi sehingga perlu menuruni tangga menuju sebuah pelataran kecil. Sembari menikmati suasana, dari pos pertama capailah Power House dalam waktu 15 menitan. Selain bisa memarkir kendaraan, di sini adalah titik menuju Sanghyang Heuleut.
Meski mungkin tujuan utama Anda adalah Sanghyang Heuleut, bersabarlah. Bukanlah ide buruk apabila tetap menghayati perjalanan dan menikmati kesejukan dan panorama alam di sekitar. Bisa juga sejenak beristirahat di pinggir pipa-pipa besar PLTA Saguling, terdapat jalan setapak dan warung kecil di sana.
Selanjutnya, tempat yang Anda kunjungi adalah Sanghyang Poek. Apabila rasa penasaran lebih mendominasi, bisa juga mencoba memasuki gua purbakala tersebut. Sementara itu, jika ingin langsung pergi ke Sanghyang Heuleut, dari Sanghyang Poek ada dua jalur hiking untuk mencapainya, pilih salah satunya.
Sejak menentukan pilihan, bersiaplah berjalan kaki sekira 1,5 jam dengan medan lebih berat dari sebelumnya. Sejauh kurang lebih 3 kilometer hingga tiba di Sanghyang Heuleut. Di danau purba Sanghyang Heuleut, Anda bisa melakukan banyak hal, termasuk berenang, bersantau atau menjelajahi setiap sudut alam.
Jika durasi wisata kali ini panjang, kunjungi juga Pabrik Pengolahan Buah Cokelat Cikumpay tidak jauh dari PLTA Saguling. Atau, melebar ke Citatah, tepatnya ke Pasir Pawon, tempat Stone Garden Citatah berada. Jadi, lanjutkan petualangan alam dan sejarah untuk mengetahui asal-usul Bandung di masa purba.
Fasilitas dan Harga Tiket Masuk
Memilih berwisata alam, kita tidak bisa mengharapkan fasilitas wisata yang memadai. Karena masih alami, Sanghyang Heuleut hanya menyediakan fasilitas seadanya yang bisa pengunjung dapati di sekitar PLTA Saguling. Ada dua lahan parkir, satunya di dekat Sanghyang Tikoro, satunya lagi di kebun dekat PLTa Saguling.
Seperti yang telah tersebut sebelumnya, ada warung kecil di dekat pipa-pipa besar PLTA. Di dekat pipa-pipa itu, Anda bisa beristirahat dan membekali diri secukupnya. Fasilitas lain berupa jasa. Pihak pengelola juga menyediakan jasa sewa pelampung. Selain itu, ada juga jasa pemandu wisata yang harganya cukup bervariasi.
Keterangan | Harga |
---|---|
Tiket Masuk | Rp 10.000 |
Parkir Roda 2 | Rp 5.000 |
Parkir Roda 4 | Rp 10.000 |
Sewa Pelampung | Rp 20.000 |
Pemandu Wisata | ± Rp 50.000 |
Note: harga tiket masuk dalam daftar di atas tidak selalu akurat, karena bisa berubah sewaktu-waktu.
Rute Lokasi Sanghyang Heuleut
Danau Sanghyang Heuleut berlokasi di PLTA Saguling, Rajamandala Kulon, Cipatat, Bandung Barat. Lokasinya berbatasan dengan Kabupaten Cianjur dan Purwakarta dengan akses jalan yang cukup mudah. Dari pusat kota Bandung, tempat ini berjarak sekitar 50 kilometer atau sekitar 1,5 jam perjalanan berkendara.
Anda bisa memilih rute melalui Jalan Raya Bandung-Cianjur dan masuk ke Gerbang Waduk Saguling. Lanjutkan melalui jalan yang berkelok-kelok melewati Sanghyang Tikoro. Dari sini pintu gerbang hanya berjarak kurang lebih 200 meter. Setelah memarkir kendaraan, berjalan kaki menuju Sanghyang Heuleut. Peta Rute.